DISADARI atau tidak, ternyata para pujangga Jawa atau para leluhur orang Jawa dulu banyak mewariskan nilai-nilai falsafah mengenai kepribadian dan kepemimpinan kepada anak cucunya.
Nilai-nilai falsafah kepribadian dan kepemimpinan tersebut merupakan ajaran Kejawen (budaya Jawa) yang disebar-luaskan melalui sesanti (nasihat bijak), paribasan (peribahasa), saloka (perumpamaan), atau butiran-butiran mutiara kearifan lokal Jawa, bahkan melalui seni pedhalangan (pewayangan), tembang Macapat (lagu atau tembang Jawa) dan sebagainya. Meski terkesan primordial atau bersifat kesukuan, tetapi nilai-nilai kearifan lokal Kejawen (budaya Jawa) tersebut bersifat universal. Jadi, meskipun penulis mengungkap dan menggali nilai-nilai kearifan lokal Jawa terutama menyangkut kepribadian dan kepemimpinan Jawa, nilai-nilai tersebut bisa digunakan dan diterapkan oleh siapa pun. Bukan hanya oleh orang Jawa saja, tapi siapa pun bisa mengaplikasikannya. Sekali lagi oleh karena nilai-nilai budaya Jawa bersifat universal dan bersifat baik tentunya.
Konsep filosofis Jawa dalam kepemimpinan, yang menawarkan alternatif gaya memimpin yang lebih dapat merangkul dalam perusahaan-perusahaan lokal. Juga mengaplikasikan nilai-nilai budaya Jawa dalam konsep "memimpin" di luar perusahaan (keluarga, komunitas masyarakat, politik, dsb.). Satu dari empat buku filsafat Jawa yang memiliki nilai-nilai luhur dan tetap relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern.