Perempuan, mau tidak mau, sudah masuk ke dalam bahasan isu terorisme, sejak kejadian pemboman di Surabaya, 2018 lalu.
Namun, apakah mereka di sana sebagai pelaku utama atau justru diposisikan sebagai pihak yang "dikorbankan", ini yang harus kita kaji mendalam. Adalah sebuah ironi ketika perempuan yang memiliki kodrat sebagai "ibu" yang menjaga dan merawat keberlangsungan kehidupan manusia, malah berbalik menjadi penghancur kemanusiaan itu sendiri. Buku ini berusaha menjelaskan posisi perempuan sebagai "korban" ketika melakukan tindakan teror, sekaligus cara untuk menjauhkan radikalisme dari kaum perempuan.
Paparan berdasarkan riset dan pengalaman-pengalaman nyata dari perempuan-perempuan yang terjebak dalam aksi teror di Indonesia, serta bagaimana mencegah kaum perempuan terjebak ke dalam tindakan teror dan radikalisme.