Ada satu lelaki hebat yang dilahirkan oleh seorang putri dan raja . Bukan anak orang kaya, bukan anak pejabat, bukan aktris, bukan aktor film, bukan pejabat negara, bukan seniman, dan bukan pula sastrawan. Dia manusia biasa, sama dengan kita. Dia juga berduka dan menangis.

Kalau mereka dikenal lebih banyak oleh masyakarat karena sorotan media dari sisi kecerdasannya, rupanya, followers-nya, prestasinya, dan hal lain yang berhubungan dengan dirinya, tidak dengan public figure yang satu ini. Ia dikenal sebagai orang biasa, sama dengan kita. Dia juga menangis dan bersedih. Hidupnya sederhana, oleh ayah bundanya tidak diwarisi harta berlimpah tujuh turunan. Bahkan, di waktu kecil, ia menjadi penggembala. Ketika beranjak dewasa, ia menjadi pengusaha talenta lintas negara.

Sang Public Figure ini, namanya dikenal melintasi benua hingga ke penghujung zaman. Seluruh semesta mengetahuinya. Dari orang tua, muda, hingga anak kecil merata. Meskipun kisahnya diulang seribu tahun setelah kepergiannya, maka mereka yang mencintainya akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat saat itu.

Sabdanya sederhana tetapi menyentuh. Dibukukan oleh ratusan ribu pencari ilmu, dihafalkan oleh miliaran umat Islam, dipajang dengan berbagai bahasa di ratusan negara, tersebar lewat koran, spanduk, buku, bahkan stiker bus. Hingga hari ini, detik ini, nama itu abadi di hati kami.