produk / detail
Bait Cinta Sang Musafir
Sampul Belakang:
Kehidupan adalah sebuah proses . Proses yang membawa manusia untuk tumbuh dan berkembang. Namun tidak selamanya sebuah proses mampu berjalan dan diselesaikan hingga akhir. Seperti sebuah tanaman atau pohon di taman. Terkadang dirinya sudah layu dan kemudian mati tanpa pernah berkembang. Keindahannya tak pernah muncul untuk dinikmati oleh sekelilingnya. Tiada pernah mengundang kumbang untuk datang berkunjung.
Begitupun layaknya seorang manusia. Kehidupan seorang manusia bak seorang penyelam. Dia selalu melengkapi dirinya dengan tabung oksigen untuk bisa menyelam. Tabung udara dengan limit yang terbatas, yang mengharuskannya untuk naik ke permukaan saat isi tabung mulai tergerus habis.
Tabung umur manusia pun mempunyai kadar yang terbatas. Namun dengan jatah yang terbatas tersebut, begitu seringnya seseorang menjalani kehidupan dalam kesia-siaan. Mungkin tak pernah terpikirkan atau tak mau membayangkan. Akhirnya tak muncul satupun karya sebagai rasa syukur atas anugerah kehidupan yang telah diberikan oleh Allah.
Waktu hidup yang terbatas dan kepergian rekan seperjalanan, seringkali hanya menjadi hembusan angin yang lewat untuk sesaat. Tiada menjadi hikmah. Sampai akhirnya, hidup yang dijalani hanya berujung pada penyesalan.
Semua ciptaan Allah telah diciptakan dalam bentuk yang sempurna. Setiap orang pun memliki keistimewaan masing-masing. Seistimewa sidik jari yang telah diciptakan oleh Allah. Sesuatu yang tak bisa dicuri. Masing-masing sudah diberikan satu sidik jari yang berbeda dengan sidik jari milik orang lain.
Keistimewaan diri dan kesempurnaan bentuk dari apa yang telah Allah berikan, nyatanya harus bisa menjadi potensi untuk tumbuh dan berkembang. Itulah mengapa, Allah tidak menyukai orang yang berputus asa. Karena dengan semua yang telah ada, tiada alasan bagi kita untuk tak berdaya upaya.
Tumbuh dan berkembang hanya bisa diwujudkan oleh diri sendiri. Tiada kata yang mampu menjadi penyemangat dan hal yang memotivasi, selain diri sendiri.
Semuanya hanya akan kembali pada pertanyaan ini, antara mau atau tidak mau? Semua bisa mulai melangkah maju. Tiada kata terlambat untuk bergerak ke arah yang tepat. Memaknai suatu tujuan dari kehidupan dan kelak akan mampu mempertanggungjawabkan napas yang sudah diberikan oleh Allah.
Maknai segala hal yang dilewati dan mengambil hikmah dari semua perjalanan yang dilakukan. Temukan pelajaran dari hantaman ombak di lautan yang mengombang-ambingkan buritan kapal. Sebelum kapal karam tenggelam, segala hal masih bisa dilakukan untuk membuat penyelamatan.
Memaknai hidup bisa direnungkan dan dengan menjalani 3 hal. Sesuatu yang itu bisa menjadikan hidup semakin hidup.
Cinta dari Allah pastilah sumber dari segala sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan. Menjadi penuntun jalan agar tak berubah haluan. Cinta dari keluarga tentu menjadi sumber lahirnya sebuah kekuatan. Sedangkan jalan kehidupan yang dilalui, terasa makin menimbulkan cinta. Cinta yang lahir dari banyaknya pelajaran yang telah diberikan.
Mendekat pada sumber-sumber kebaikan adalah salah satu hal yang bisa dilakukan. Sebagai bagian dari rasa cinta yang timbul dari berbagai pelajaran yang kita dapatkan. Berkumpul bersama orang-orang positif tentu akan tertular segala virus positif. Berguru pada guru kehidupan akan mampu mengubah arah pandangan.
Di saat diri telah mampu tuk bangkit dan melangkah lebih maju, bagikanlah kebahagiaan itu dengan orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling besar manfaatnya untuk orang lain dan lingkungannya.