Boleh dibilang kita akan begitu sulit menemukan sebuah ekosistem seunik dan senyentrik pesantren . Mungkin saja di tempat bekerja, berbisnis, atau ketika berorganisasi, kita berkenalan dan atau berhubungan dengan seseorang yang pernah mengecap pendidikan di pesantren. Secara langsung maupun tidak kita melihat karakternya yang agak berbeda dengan orang kebanyakan.

Dewasa ini memang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat santri di segala lini kehidupan. Hal ini wajar saja, karena pada hakikatnya santri pun memiliki passion yang beragam. Sebagai contoh, misalnya kita memiliki teman yang mahir di bidang internet marketing dan penampilannya tampak agak borjuis. Katakanlah omzet dari bisnis online yang ia jalani sudah mencapai puluhan juta tiap bulannya. Akan tetapi dia memiliki wawasan yang luas mengenai agama Islam, kualitas mengajinya pun tak diragukan. Alih-alih hidup mewah malah ia seringkali mengadakan semacam charity untuk bantuan sosial. Usut-diusut ternyata dia memiliki latar belakang pendidikan pesantren alias pernah nyantri.

Rupanya fenomena tersebut tidak terlepas dari pendidikan pesantren yang menghembuskan jiwa kebebasan dalam memilih jalur kehidupan. Santri dengan segala kelebihannya, kian bertumbuh kembang ketika sudah lulus dan mulai bergaul dengan masyarakat dunia luar. Lambat laun ia pun sadar betapa bermanfaatnya segala bentuk pengajaran dan pendidikan yang ia santap nikmat-nikmat selama nyantri. Beragam karakter yang terpatri dalam diri santri sejatinya terbentuk berkat milieu yang amat sangat mendukung.